Analisis Wacana Lagu Keroncong “Bengawan Solo”
Karya Gesang dengan Aspek Gramatikal dan Aspek
Leksikal
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata
Kuliah Analisis Wacana
Dosen Pengampu: Dr. Sumarlam, M. Hum.
Disusun Oleh:
M. Idam Cholid A
310 080 267
Andri Ertanto A
310 080 268
Tri Saparudin A 310 080 272
Teguh Sandi Karseno A 310 080 273
Dimas Setyo P. N A
310 080 278
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
Analisis Wacana Lagu Keroncong “Bengawan Solo”,” Karya Gesang dengan Aspek
Gramatikal
M.
Idam Cholid A310 080 267
Andri
Ertanto A310 080 268
Tri
Saparudin A310 080 272
Teguh
Sandi Karseno A310 080 273
Dimas
Setyo P. N A310 080 278
A.
Pendahuluan
Gesang nama lengkapnya Gesang Martohartono (lahir di
Surakarta, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917 – wafat di Surakarta, Jawa Tengah, 20
Mei 2010 pada usia 92 tahun.) adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu asal
Surakarta (Solo), Jawa Tengah, Indonesia. Dikenal sebagai “maestro keroncong
Indonesia,” ia terkenal lewat lagu Bengawan Solo ciptaannya, yang terkenal di
Asia, terutama di Indonesia dan Jepang. Lagu “Bengawan Solo” ciptaannya telah
diterjemahkan setidaknya ke dalam 13 bahasa (diantaranya bahasa Inggris, bahasa
Jepang, bahasa Belanda, dan bahasa Cina).
Gesang Martohartono dilahirkan di
Kampung Kemlayan, Surakarta. Gesang lahir dari pasangan pengusaha batik bernama
Martodiharjo dari perkawinan dengan isteri keduanya. Gesang adalah anak ke 5
dari 10 bersaudara. Gesang mempunyai nama kecil Sutardi. Tahun 1941 Gesang menikah dengan seorang bernama
Waliyah. Setelah 22 tahun berumahtangga, tahun 1963, mereka bercerai tanpa
memilki keturunan.
Terakhir dimasa hidupnya Gesang tinggal di di Jalan
Bedoyo Nomor 5, Kelurahan Kemlayan, Serengan, Solo bersama keponakan dan
keluarganya, setelah sebelumnya tinggal selama 20 tahun di rumahnya Perumnas
Palur pemberian Walikota Surakarta tahun 1984.
Darah seni yang mengalir di tubuh
Gesang, sudah lama menggelegak sejak masa kanak-anaknya. Bahkan, tatkala
anak-anak sebayanya termasuk kakak kandungnya yang dipanggil Mas Yazid
menggemari olah raga keras seperti sepak bola, Gesang kecil lebih senang
bersenandung, yang dalam bahasa Jawa disebut rengeng-rengeng. Dari kebiasaan
rengeng-rengeng sambil berimajinasi itulah, pada gilirannya Gesang melahirkan
karya-karya lagu berirama keroncong yang liriknya sederhana namun mengena.
Sebagai seorang komponis lagu-lagu
keroncong dengan karya bermutu tinggi, Gesang tidak tergolong sebagai pencipta
yang produktif. Selama tahun 1938, Gesang tercatat hanya menghasilkan lagu ”Si
Piatu". Dalam buku biografi Gesang Mengalir Sampai Jauh yang diterbitkan Balai Pustaka (1999), selama
tahun 1939 Gesang juga hanya berhasil menggubah dua lagu berjudul "Roda
Dunia" dan "Suasana Desa". Lagu "Bengawan Solo" yang
legendaris itu, juga merupakan lagu satu-satunya yang dia ciptakan pada tahun
1940.
Gesang yang hanya menyelesaikan
pendidikan kelas lima Sekolah Rakyat Ongko Loro, termasuk seniman berbakat alam
yang sulit dicari tandingannya. Itu pula sebabnya, komponis Gesang menyimpan
sederet penghargaan dari berbagai lembaga. Kecuali piagam penghargaan dari
dalam negeri, seperti dari wali kota, gubernur, Dephankam, Deppen dan yang
tertinggi penghargaan hadiah seni dari Presiden RI. Gesang juga mendapat
penghargaan dari Oisca International untuk karyanya sebagai pencipta lagu
"Bangawan Solo".
Kini, rumahnya yang terletak di Jln.
Nusa Indah No. 40 Perumnas-Palur sehari-hari sunyi. Pemiliknya, Gesang yang
kian renta terpaksa menumpang di rumah keponakannya di Solo. Penggemar Inul
Daratista ini, tak akan pernah lekang. Meski kelak Gesang sudah tak ada.
B.
Analisis
Aspek Gramatikal Wacana
Analisis wacana lagu keroncong dari aspek gramatikal
atau kohesi gramatikal ini meliputi pengacuan (referensi), penyulihan
(substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi).
1.
Referensi
(Pengacuan)
Pengacuan (referensi) dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif.
a.
Referensi
Persona
Pengacuan persona direalisasikan
melalui promina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama
(persoma I), kedua (persona II), dan ketiga (persona III), baim tunggal atau
jamak. Promina persona I tunggal, II tunggal, III tunggal ada yang berupa
bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang terikat (morfem terikat).
Selanjutnya yang berupa bentuk terikat ada yang melekat di sebelah kiri (lekat
kiri) dan ada yang melekat kanan (lekat kanan).
1.
Bengawan
Solo (I/1)
2.
Riwayatmu ini (I/2)
3.
Tak seberapa airmu (II/6)
4.
Mata airmu dari Solo (III/9)
Pada tuturan (1)
satuan lingual Bengawan Solo merupakan bentuk referensi persona endofora bentuk bebas mengacu
pada unsur lain yang berada dalam tuturan (teks). Sementara itu, satuan lingual
–mu
pada riwayatmu (2), airmu (3), airmu (4) merupakan
jenis kohesi gramatikal pengacuan
endofora yang kataforis karena mengacu di dalam teks sebelah kiri.
1. Dek jaman berjuang (I/1)
‘waktu jaman
berjuang’
2. Njur kelingan anak lanang (I/2)
‘dan
teringat anak laki-laki’
3. Biyen tak openi (I/3)
‘dulu saya
rawat’
4. Ning saiki ana ngendi(I/4)
‘tapi
sekarang ada dimana’
II
5. Jarene wis menang (II/5)
‘katanya
sudah menang’
6. Keturutan sing digadhang (II/6)
‘terwujudnya
yang diharapkan’
7. Biyen ninggal janji (II/7)
‘dulu meninggalkan janji’
8. Neng saiki apa lali (II/8)
‘tapi sekarang apa lupa’
III
9. Ning gunung tak cadhongi sega jagung (III/9)
‘di gunung saya beri nasi jagung’
10. Yen mendhung tak silihi caping
gunung (III/10)
‘kalau mendung saya pinjami caping
gunung’
11. Sukur bisa nyawang (III/11)
‘syukur bisa melihat’
12. Gunung desa dadi reja (III/12)
‘gunung desa jadi rame’
13. Dene ora ilang (III/13)
‘bila tidak hilang’
14. Nggone padha lara lapa (III/14)
‘tempatnya pada sakit lapar’
b.
Referensi
Demonstratif
Pengacuan demonstratif
berupa promina penunjuk waktu atau tempat. Promina demonstratif waktu dapat
mengacu pada waktu kini, lampau, akan datang, dan waktu netral. Sementara itu,
promina demonstratif tempat dapat mengacu pada tempat yang dekat dengan penutur
agak jauh, jauh, dan tempat yang menunjuk secara eksplesit.
1.
Riwayatmu ini (I/2)
2.
Sedari dulu jadi (I/3)
3.
Itu perahu (IV/13)
4.
Riwayatnya dulu (IV/14)
Promina demonstratif ini pada satual lingual riwayatmu
ini (1) mengacu pada tempat yang
dekat dengan pembicara atau penutur. Dengan kata lain, pembicara ketika
menuturkan kata atau frasa itu ia sedang berada ditempat yang dekat dengan
tempat yamg dimaksudkan pada tuturan itu, yaitu bengawan solo. Penggunaan satuan lingual sedari dulu pada tuturan
(2) mengacu pada waktu lampau yaitu adanya bengawan
solo dari dulu yang mengacu pada anteseden yang berada di sebelah kanan.
Sementara itu, satuan lingual itu pada
tuturan (3) mengacu pada promina demonstratif tempat agak dekat dengan penutur.
Tuturan
c.
Referensi
Komparatif (Perbandingan)
Referensi komparatif
(perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat
membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari
segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata
yang biasa digunakan untuk membandingkan misalnya, seperti, bagai, bagaikan, laksanakan, sama dengan, tidak berbeda
dengan, persis seperti, dan persis
sama dengan.
NO
|
Referensi
|
Jumlah
|
Presentase
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*hitungan presentase presentasi
Jumlah per-referensi
= X
100
Jumlah total
2.
Substitusi
(Penyulihan)
Penyulihan atau
substitusi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian
satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam
wacana untuk memperoleh unsur pembeda.
a. Substitusi Nomina
Subtitusi nomina
adalah penggantian satuan lingual yang berkatagori nomina atau katan benda
degan satuan lingual lain yang juga berkatageri nomina.
Subtitusi
nomina tidak dapat di identifikasi pada wacana lagu gesang ini.
b. Substitusi Verbal
Subtitusi
verbal adalah penggantian satuan nlingual yang berkategori verbal atau kata kerja denga satuan lingual yang lainya
yang juga berkategori verbal
Subtitusi
verbal tidak dapat teridentifikasi pada wacana ini.
c. Substitusi Frasal
Subtitusi frasal
adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan
satuan lingual lainya yang berupa frasa.
Subtitusi
frasa dalam wacana ini tidak teridentifikasi.
d. Substitusi Klausal
Subtitusi klausal
adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat
dengan satuan lingual lainya yang berupa kata atau frasa.
Subtitusi
klausal tidak teridentifikasi pada wacana ini.
NO
|
Substitusi
|
Jumlah
|
Presentase
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*hitungan presentase substitusi
Jumlah per-substitusi
= X
100
Jumlah total
3.
Elipsis
(Pelesapan)
Pelesapan atau
ellipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan
atau pelesapan satua lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya.
Ellipsis terdapat pada
I
5.
Bengawan Solo
6.
Riwayatmu ini
7.
Sedari dulu ø jadi
8.
Perhatian insani
II
9.
Musim kemarau
10.
Tak seberapa airmu
11.
Dimusim hujan air ø
12.
Meluap sampai jauh
III
13.
Mata airmu dari Solo
14.
Terkurung gunung seribu
15.
Air ø mengalir sampai jauh
16.
Akhirnya ke
laut
Caping Gunung
By Gesang
I
15. Dek jaman berjuang
‘waktu jaman
berjuang’
16. Njur kelingan ø anak lanang
‘dan
teringat anak laki-laki’
17. ø Biyen tak openi
‘dulu saya
rawat’
18. ø Ning saiki ana ngendi
‘tapi
sekarang ada dimana’
III
19. Ning gunung tak cadhongi sega jagung
‘di gunung saya beri nasi jagung’
20. ø Yen mendhung tak silihi caping
gunung
‘kalau mendung saya pinjami caping gunung’
Jembatan merah
By Gesang
I
31.
Jembatan merah
sungguh gagah
32.
ø Berpagar gedung indah
33.
Sepanjang hari
34.
Yang melintasi ø silih berganti
II
35.
Mengenang susah
hati patah
36.
Ingat jaman
berpisah
37.
Kekasih pergi
38.
Sehingga diri
belum kembali
III
39.
Biar jembatan
merah
40.
Andainya ø patah
41.
Akupun bersumpah
42.
Akan kunanti dia
disini bertemu lagi
Pada tuturan 1, 2, 3, 18,
25, 31, 40 tedapat pelesapan satuan lingual berupa kata. Tampak pada analisis
tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa pelesapan, seperti pada bengawan
solo maka tuturan itu menjadi lebih efektif dan memotifasi pembaca lebih
kreatif menemukan unsur-unsur yang di lesapkan serta praktis dalam
berkomunikasi.
NO
|
Elipsis
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
Bengawan solo
|
3
|
|
2
|
Anak lanang
|
3
|
|
3
|
Neng gunung
|
2
|
|
4
|
Jembatan merah
|
2
|
|
*hitungan presentase elipsis
Jumlah per-elipsis
= X
100
Jumlah total
4.
Konjungsi
(Perangkai)
a.
Konjungsi
Kausalitas (Sebab-Akibat)
b.
Konjungsi
Pertentangan
20. Ning saiki ana ngendi
‘tetapi
sekarang ada dimana’
Konjungsi
tetapi pada nomer 20 berfungsi mempertetangkan secara koordinatif antara klausa
yang berada dibagian atas dengan klausa yang ada dibawah yaitu kata tetapi.
c.
Konjungsi
Eksesif (Kelebihan)
d.
Konjungsi
Ekseptif (Peerkecualian)
e.
Konjungsi
Konsesif
f.
Konjungsi
Tujuan
g.
Konjungsi
Aditif (Penambahan)
h.
Konjungsi
Alternatif (Pilihan)
i.
Konjungsi
Optatif (Harapan)
j.
Konjungsi
Sekuensial (Urutan)
k.
Konjungsi
Perlawanan
l.
Konjungsi
Temporal (Waktu)
m.
Konjungsi
Syarat
n.
Konjungsi
Cara
o.
Konjungsi
Makna Lainnya
Konjungsi adalah salah satu jen is
kohensi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu
dengan yang lainnya dalam wacana.
Dalam analisis ini
tidak terdapat konjungsi atau perangkaian
NO
|
Konjungsi
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
pertentangan
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*hitungan presentase konjungsi
Jumlah per-konjungsi
= X
100
Jumlah total
C.
Analisis
Aspek Leksikal Wacana
1.
Repetisi
(Pengulangan)
a.
Repetisi
Epizeuksis
b.
Repetisi
Tautotes
c.
Repetisi
Anafora
d.
Repetisi
Epistrofa
e.
Repetisi
Simploke
f.
Repetisi
Mesodiplosis
g.
Repetisi
Epanalepsis
h.
Repetisi
Anadiplosis
i.
Repetisi
Utuh
NO
|
Repetisi
|
Jumlah
|
Presentase
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*hitungan presentase repetisi
Jumlah per-repetisi
= X
100
Jumlah total
2.
Sinonimi
(Padan Kata)
a.
Sinonimi
antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat)
b.
Sinonimi
kata dengan kata
c.
Sinonimi
kata dengan frasa atau sebaliknya
d.
Sinonimi
frasa dengan frasa
e.
Sinonimi
klausa/kalimat dengan klausa/kalimat
NO
|
Sinonimi
|
Jumlah
|
Presentase
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*hitungan presentase sinonimi
Jumlah per-sinonimi
= X
100
Jumlah total
3.
Antonimi
(Lawan Kata)
a.
Oposisi
Mutlak
b.
Oposis
Kutub
c.
Oposisi
Hubungan
d.
Oposisi
Hirarkial
e.
Oposisi
Majemuk
NO
|
Oposisi
|
Jumlah
|
Presentase
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*hitungan presentase oposisi
Jumlah per-oposisi
= X
100
Jumlah total
D.
Kolokasi
(Sanding Kata)
E.
Hiponimi
(Hubungan Atas-Bawah)
F.
Ekuivalensi
(Ksepadanan)
lampiran
Bengawan Solo
I
1.
Bengawan Solo
2.
Riwayatmu ini
3.
Sedari dulu jadi
4.
Perhatian insani
II
5.
Musim kemarau
6.
Tak seberapa airmu
7.
Dimusim hujan air
8.
Meluap sampai jauh
III
9.
Mata airmu dari Solo
10.
Terkurung gunung seribu
11.
Air mengalir sampai jauh
12.
Akhirnya ke
laut
IV
13.
Itu perahu
14.
Riwayatnya dulu
15. Kaum
pedagang selalu
16. Naik itu
perahu
Caping Gunung
By Gesang
I
17. Dek jaman berjuang
‘waktu jaman
berjuang’
18. Njur kelingan anak lanang
‘dan
teringat anak laki-laki’
19. Biyen tak openi
‘dulu saya
rawat’
20. Ning saiki ana ngendi
‘tapi
sekarang ada dimana’
II
21. Jarene wis menang
‘katanya
sudah menang’
22. Keturutan sing digadhang
‘terwujudnya
yang diharapkan’
23. Biyen ninggal janji
‘dulu meninggalkan janji’
24. Neng saiki apa lali
‘tapi sekarang apa lupa’
III
25. Ning gunung tak cadhongi sega jagung
‘di gunung saya beri nasi jagung’
26. Yen mendhung tak silihi caping
gunung
‘kalau mendung saya pinjami caping gunung’
27. Sukur bisa nyawang
‘syukur bisa melihat’
28. Gunung desa dadi reja
‘gunung desa jadi rame’
29. Dene ora ilang
‘bila tidak hilang’
30.
Nggone padha lara lapa
‘tempatnya pada sakit lapar’
Jembatan merah
By Gesang
I
43.
Jembatan merah
sungguh gagah
44.
Berpagar gedung
indah
45.
Sepanjang hari
46.
Yang melintasi
silih berganti
II
47.
Mengenang susah
hati patah
48.
Ingat jaman
berpisah
49.
Kekasih pergi
50.
Sehingga diri
belum kembali
III
51.
Biar jembatan
merah
52.
Andainya patah
53.
Akupun bersumpah
54.
Akan kunanti dia
disini bertemu lagi